PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA

DINAS PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN DAN KOPERASI

Jl. Mayjend. Sungkono No. 24 Telp. (0281) 891336 Fax. (0281) 891336

PURBALINGGA - 53371

News Update :
Artikel
Home » » Vanvolker Enterprise: Perusahaan Knalpot Purbalingga yang Produknya Dipakai Mercedes Benz

Vanvolker Enterprise: Perusahaan Knalpot Purbalingga yang Produknya Dipakai Mercedes Benz

Selasa, 06 Maret 2012 11.41

Anda pemilik mobil Mercy? Percayakah anda kalau sparepart mobil anda ada yang buatan Indonesia? Percaya atau tidak, diam-diam Mercedes Benz menggunakan knalpot buatan Indonesia, yang pengerjaannya dilakukan di Purbalingga, Jawa Tengah.
“Siapa sangka knalpot buatan saya digunakan Mercedes Benz (Mercy),” kata Agus Adi Atmaja (40), perajin knalpot di Desa Patemon, Kecamatan Bojongsari, Purbalingga pada 23 Maret 2009.
Ia mengatakan, perusahaan mobil mewah asal Jerman tersebut telah memesan sebanyak 1.000 unit knalpot buatannya (setiap unit terdiri dua buah) sekitar 2004 lalu untuk masa kontrak satu tahun. Menurut dia, pihak Mercy juga telah menghubunginya dan menyatakan hendak memesan knalpot sebanyak 1.000 unit untuk mobil seri terbarunya.
“Kemungkinan tahun ini dapat terealisasi karena Mercy selalu mengeluarkan seri terbaru setiap lima tahun,” katanya.
Disinggung soal nilai kontrak, Agus mengatakan belum mengetahui, tetapi kemungkinan seperti kontrak sebelumnya, yakni sekitar Rp2 juta per unit. Namun untuk pesanan mendatang kemungkinan akan terjadi negosiasi ulang karena terkait tingkat kesulitan yang dihadapinya.
Selain melayani pesanan dari Mercy, Agus mengatakan, knalpot buatannya juga dijual untuk masyarakat umum dengan jangkauan pasar berbagai kota di Pulau Jawa, Sumatera, dan Sulawesi. Knalpot yang desainnya dibuat oleh Agus tersebut, dijual dengan kisaran harga Rp35 ribu hingga Rp250 ribu per buah.
“Produksi rata-rata per bulan sebanyak 500 buah yang dikerjakan oleh sembilan pegawai selama 26 hari kerja,” kata dia yang memiliki perusahaan knalpot bernama Vanvolker Enterprise.
Meski menggunakan merek-merek dagang terkenal namun desainnya asli bukan jiplakan. Para pemilik merek-merek tersebut, menurut Agus, justru mempersilakan penggunaannya dan merasa diuntungkan.
“Namun saya jelas dirugikan karena nama dagang saya jadi tidak dikenal. Apa boleh buat, hal itu demi memenuhi keinginan konsumen meski sebenarnya produsen asli pemilik merek dagang tersebut tidak membuat knalpot yang desainnya saya rancang sendiri,” katanya
YOU MIGHT ALSO LIKE

1 komentar:

Posting Komentar

 
Terima kasih buat kunjungannya ke blog kami
© Copyright Dinperindagkop Purbalingga 2010 -2011 | Design by Toto widiyanto | Published by Media-Advertising | Powered by Blogger.com.